You took me right out of the blue......simply by showing that You love me too......only by giving me Your everything......with a love so true.......You took me out of the blue.....
Tuesday, September 12, 2006
all about marriage (Part 3)
"Mengetuk Gerbang Pernikahan Barakah" Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Barangkali, Kitalah Penyebabnya
Menjelang tengah malam, seorang teman (laki-laki) mengirim SMS kepada saya. Dia seorang aktivis yang amat banyak menghabiskan waktunya untuk menyebarkan kebaikan. Bila berbicara dengannya, kesan yang tampak adalah semangat yang besar di dadannya untuk melakukan perbaikan.
Kalau saat ini yang mampu dilakukan masih amat kecil, tak apa-apa. Sebab perubahan yang besar tak `kan terjadi bila kita tidak mau memulai dari yang kecil. Tetapi kali ini, ia berkirim SMS bukan untuk berbagi semangat. Ia kirimkan SMS karena ingin meringankan beban yang hampir ada kerinduan yang semakin berambah untuk memiliki pendamping yang dapat menyayanginya sepenuh hati.
SMS ini mengingatkan saya pada beberapa kasus lainnya. Usia sudah melewati tiga puluh, tetapi belum juga ada tempat untuk menambatkan rindu. Seorang pria usia sekitar 40 tahun, memiliki karier yang cukup sukses, merasakan betapa sepinya hidup tanpa istri. Ingin menikah, tapi takut ! tak bisa mempergauli istrinya dengan baik. Sementara terus melajang merupakan siksaan yang nyaris tak dapat ditahan. Dulu ia ingin menikah, ketika keriernya belum seberapa. Tetapi niat itu dipendam dalam-dalam karena merasa belum mapan. Ia harus mengumpulkan dulu uang yang cukup banyak agar bisa menyenangkan istri. Ia lupa bahwa kebahagiaan itu letaknya pada jiwa yang lapang, hati yang tulus, niat yang bersih dan penerimaan yang hangat. Ia juga lupa bahwa jika ingin mendapatkan istri yang bersahaja dan menerima apa adanya, jalannya adalah dengan menata hati, memantapkan tujuan dan meluruskan niat.
Bila engkau ingin mendapatkan suami yang bisa menjaga pandangan, tak bisa engkau meraihnya dengan, "Hai, cowok...Godain kita, dong. " Saya teringat dengan sabda Nabi Saw. (tapi ini bukan tentang nikah). Beliau berkata, "Ruh itu seperti pasukan tentara yang berbaris." Bila bertemu dengan yang serupa dengannya, ia akan mudah mengenali, mudah juga bergabung dan bersatu. Ia tak bisa mendapatkan pendamping yang mencintaimu dengan sederhana, sementara engkau jadikan gemerlap kemapananmu sebagai pemikatnya? Bagaimana mungkin engkau jadikan gemerlap kemapananmu sebagai pemikatnya? Bagaimana mungkin engkau mendapatkan suami yang menerimamu sepenuh hati dan tidak ada cinta di hatinya kecuali kepadamu; sementara engkau berusaha meraihnya dengan menawarkan kencan sebelum terikat oleh pernikahan? Bagaimana mungkin engkau mendapatkan lelaki yang terjaga bila engkau mendekatinya dengan menggoda?
Di luar soal cara, kesulitan yang kita hadapi saat ingin meraih pernikahan yang diridhai tak jarang kerana kita sendiri mempersulitnya. Suatau saat seorang perempuan memerlukan perhatian dan kasih-sayang seorang suami, ia tidak mendapatkannya. Di saat ia merindukan hadirnya seorang anak yang ia kandung sendiri dengan rahimnya, tak ada suami yang menghampirinya. Padahal kecantikan telah ia miliki. Apalagi dengan penampilannya yang enak dipandang. Begitupun uang, tak ada lagi kekhawatiran pada dirinya. Jabatannya yang cukup mapan di perusahaan memungkinkan ia untuk membeli apa saja, kecuali kasih-sayang suami.
Kesempatan bukan tak pernah datang. Dulu, sudah beberapa kali ada yang mau serius dengannya, tetapi demi karir yang diimpikan, ia menolak semua ajakan serius. Kalau kemudian ada hubungan perasaan dengan seseorang, itu sebatas pacaran. Tak lebih. Sampai karier yang diimpikan tercapai; sampai ia tiba-tiba tersadar bahwa usianya sudah tidak terlalu muda lagi; sampai ia merasakan sepinya hidup tanpa suami, sementara orang-orang yang dulu bermaksud serius dengannya, sudah sibuk mengurusi anak-anak mereka. Sekarang, ketika kesadaran itu ada, mencari orang yang mau serius dengannya sangat sulit. Sama sulitnya menaklukkan hatinya ketika ia muda dulu.
Masih banyak cerita-cerita sedih semacam itu. Mereka menunda pernikahan di saat Allah memberi kemudahan. Mereka enggan melaksanakannya ketika Allah masih memberinya kesempatan karena alasan belum bisa menyelenggarakan walimah yang "wah". Mereka tetap mengelak, meski terus ada yang mendesak; baik lewat sindiran maupun dorongan yang terang-terangan. Meski ada kerinduan yang tak dapat diingkari, tetapi mereka menundanya karena masih ingin mengumpulkan biaya atau mengejar karier. Ada yang menampik "alasan karier" walau sebenarnya tak jauh berbeda.
Seorang wanita menunda nikah mesti ada yang mengkhitbah karena ingin meraih kesempatan kuliah S-2 ("Tahun depan kan belum tentu ada beasiswa"). Ia mendahulukan pra-sangka bahwa kesempatan kuliah S-2 tak akan datang dua kali, lalu mengorbankan pernikahan yang Rasullah Saw. Telah memperingatkan: "Apabila datang kepadamu seorang laki-laki (untuk meminang) yang engkau ridha terhadap agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Bila tidak engkau lakukan, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan akan timbul kerusakan yang merata di muka bumi." (HR. At-Ti! rmidzi dan Ahmad).
Saya tidak tahu apakah ini merupakan hukum sejarah yang digariskan oleh Allah. Ketika orang mempersulit apa yang dimudahkan oleh Allah, mereka akhirnya benar-benar mendapati keadaan yang sulit dan nyaris tak menemukan jalan keluarnya. Mereka menunda-nunda pernikahan tanpa ada alasan syar'i, dan akhirnya mereka benar-benar takut melangkah di saat hati sudah sangat menginginkannya. Atau ada yang sudah benar- benar gelisah, tetapi tak kunjung ada yang mau serius dengannya.
Kadangkala, lingkaran ketakutan itu terus belanjut. Bila di usia-usia dua puluh tahunan mereka menuda nikah karena takut dengan ekonominya yang belum mapan, di usia menjelang tiga puluh hingga sekitar tiga puluh lima berubah lagi masalahnya. Laki-laki sering mengalami sindrom kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30 tahun). Mereka menginginkan pendamping dengan kriteria yang sulit dipenuhi. Seperti hukum kategori, semakin banyak ! kriteria semakin sedikit yang masuk kategori. Begitu pula dengan kriteria tentang jodoh, ketika kita menetapkan kriteria yang terlalu banyak, akhirnya bahkan tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita. Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun, masalah mereka bukan soal kriteria, tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya. Ketika usia 40-an, ketakutan yang dialami oleh laki-laki sudah berbeda lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya. Jika sebelumnya, banyak kriteria yang dipasang, pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi istri dengan baik. Lebih lebih ketika usia sudah beranjak mendekati 50 tahun, ada ketakutan lain yang mencekam. Ada kekhawatiran jangan-jangan di saat anak masih kecil, ia sudah tak sanggup lagi mencari nafkah. Atau ketika masalah nafkah tak merisaukan (karena tabungan yang melimpah), jangan-jangan ia sudah mati ketika anak-anak masih perlu banyak dinasehati. Bila tak ada iman di hati, ketakutan ini akhi! rnya melahirkan keputus- asaan. Wallahu A'lam bishawab.
Ya... ya... ya..., kadang kita sendirilah penyebabnya, kita mempersulit apa yang telah Allah mudahkan, sehingga kita menghadapi kesulitan yang tak terbayangkan. Kita memperumit yang Ia sederhanakan, sehingga kita terbelit oleh kerumitan yang tak berujung. Kita menyombongkan atas apa yang tidak ada dalam kekuasaan kita, sehingga kita terpuruk dalam keluh-kesah yang berkepanjangan. Maka, kalau kesulitan itu kita sendiri penyebabnya, beristighfarlah. Semoga Allah berkenan melapangkan jalan kita dan memudahkan urusan kita. Laa ilaaha illa Anta, subhanaKa inni kuntu minazh-zhalimin.
Berkenaan dengan sikap mempersulit, ada tingkat-tingkatannya. Seorang menolak untuk menikah boleh jadi karena matanya disilaukan oleh dunia, sementara agama ia tak mengerti. Belum sampai kepadanya pemahaman agama. Boleh jadi seorang menunda-nunda nikah karena yang datang kepadanya beda harakah, meskipun tak ada yang patut dicela dari agama dan akhlaknya. Boleh jadi ada di antara kita yang belum bisa meresapi keutamaan menyegerakan nikah, sehingga ia tak kunjung melakukannya. Boleh jadi pula ia sangat memahami benar pentingnya bersegera menikah, sudah ada kesiapan psikis maupun ilmu, telah datang kesempatan dari Allah, tetapi... sukunya berbeda, atau sebab-sebab lain yang sama sepelenya. Ada Yang Tak Bisa Kita Ingkari
Kadang ada perasaan kepada seseorang. Seperti Mughits ?seorang sahabat Nabi Saw.- kita selalu menguntit kemana pun Barirah melangkah. Mata kita mengawasi, hati kita mencari-cari dan telinga kita merasa indah setiap kali mendengar namanya. Perasaan itu begitu kuat bersemayan di dada. Bukan karena kita menenggelamkan diri dalam lautan perasaan, tetapi seperti kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengutip dari Al-Mada'iny, "Andaikan orang yang jatuh cinta boleh memilih, tentu aku tidak akan memilih jatuh cinta."
Perasaan ini kadang mengganggu kita, sehingga tak sanggup berpikir jernih lagi. Kadang membuat kita banyak berharap, sehingga mengabaikan setiap kali ada yang mau serius. Kita sibuk menanti ? kadang sampai membuat badan kita kurus kering- sampai batas waktu yang kita sendiri tak berani menentukan. Kita merasa yakin bahwa dia jodoh kita, atau merasa bahwa jodoh kita harus dia, tetapi tak ada langkah-langkah pasti yang kita lakukan. Akibatnya, diri kita tersiksa oleh angan-angan.
Persoalannya, apakah yang mesti kita perbuat ketika rasa sayang itu ada? Inilah yang insya-Allah kita perbincangkan lebih mendalam pada makalah Masih Ada Tempat untuk Cinta. Selebihnya, kita cukupkan dulu pembicaraan itu sampai di sini. Tuhan, Jangan Biarkan Aku Sendiri Di atas semua itu, Allah bukakan pintu-pintu- Nya untuk kita. Ketuklah pertolongan- Nya dengan do'a. Di saat engkau merasa tak sanggup menanggung kesendirian, serulah Tuhanmu dengan penuh kesungguhan, "Tuhanku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baik Warits." (QS. Al-Abiya': 89). Rabbi, laa tadzarni fardan wa Anta khairul waritsin. Ini sesungguhnya adalah do'a yang dipanjatkan oleh Nabi Zakariya untuk memohon keturunan kepada Allah Ta'ala. Ia memohon kepada Allah untuk menghapus kesendiriannya karena tak ada putra yang bisa menyejukkan mata. Sebagaimana Nabi Zakariya, rasa sepi itu kita adukkan kepada Allah `Azza wa Jalla semoga Ia hadirkan bagi kita seorang pendamping yang menenteramkan jiwa dan membahagiakan hati. Kita memohon kepada-Nya pendamping yang baik dari sisi-Nya.
Kita memasrahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk kita. Kapan do'a itu kita panjatkan? Kapan saja kita merasa gelisah oleh rasa sepi yang mencekam. Panjatkan do'a itu di saat kita merasa amat membutuhkan hadirnya seorang pendampin; saat hati kita dicekam oleh kesedihan karena tidak adanya teman sejati atau ketika jiwa dipenuhi kerinduan untuk menimang buah hati yang lucu. Panjatkan pula do'a saat hati merasa dekat dengan-Nya; saat dalam perjalan ketika Allah jadikan do'a mustajabah; dan saat-saat mustajabah lainnya. Allah Pasti Menolong Orang yang Ingin Menikah !
"Allah Pasti Menolong Orang yang Ingin Menikah" (renungan buat yang mau, akan, dan ingin menikah)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Seorang mujahid yang memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah demi menjaga kehormatannya." (HR. Thabrani)
Hadits di atas, pendek, jelas dan sangat menyejukkan. Janji pertolongan yang akan diberikan Allah kepada tiga golongan manusia. Seorang mujahid yang memperjuangkan agama Allah, tentu saja tak mengherankan kita jika Allah menurunkan pertolongan kepadanya. Begitu juga dengan golongan yang kedua, Allah pasti menolong seorang penulis yang memberikan penawar untuk pembacanya.
Pada golongan yang kedua, hampir sama tak mengherankan seperti golongan pertama. Seorang penulis yang mampu memberi penawar bagi pembacanya. Logis, jika Allah memberikan pertolongan, karena pekerjaan yang ia lakukan bukan untuk dirinya sendiri. Pekerjaan yang dilakukan seorang penulis untuk orang lain, untuk peradaban dan khalayak yang lebih luas. Sekali lagi, tak heran jika Allah memberi pertolongan kepadanya.
Tapi yang mengagumkan adalah, lewat Rasulullah, Allah berjanji akan menolong seorang yang ingin menikah demi menjaga kehormatannya. Luar biasa bukan. Menikah sendiri jelas-jelas tidak untuk siapapun, untuk sang pelaku. Belum
lagi ditambah untuk menjaga kehormatannya. Subhanallah.
Namun kenapa banyak pemuda dan pemudi, dalam hal selalu saja mengatakan belum siap untuk menapaki kehidupan baru ini? Penulis buku "Kado Pernikahan untuk Istriku", Muhammad Faudzil Adhim mengatakan, yang terjadi bukanlah pada pemuda tidak siap untuk menikah. "Tapi mereka tidak pernah mempersiapkan diri," ujar Faudzil.
Tampaknya, apa yang dikatakan Faudzil Adhim lebih banyak benarnya dalam hal ini. Para pemuda, bukan belum siap, tapi tidak pernah mempersiapkan diri. Dan sepertinya pertanyaan itulah yang harus kita tanyakan jika anda para bujangan.
Tapi ingat, hadits di atas bukan mengajar anda nekat melakukan nikah tanpa persiapan karena janji pertolongan Allah akan tiba. Tugas kita adalah melakukan persiapan-persiapan sembari berharap ridha-Nya meringankan dan membantu perjalanan kita. Persiapan yang mesti dilakukan adalah, mental dan moral, materi dan spiritual. Insya Allah, jika semua pelan-pelan anda siapkan, Allah akan menurunkan tangan membantu membuat ringan.
Dan ingat, orang yang paling buruk adalah seorang bujang. Seperti yang diingatkan oleh Rasulullah dalam haditsnya. "Orang yang paling buruk di antara kalian adalah seorang bujangan, dan mayat yang paling buruk di antara kalian adalah bujangan." (HR. Imam Ahmad) Jadi kenapa tidak mulai dari sekarang mempersiapkan diri.(her)
- Jam 7.30 (waktu di jam gw) : nyampe kantor (atur napas dulu, maklum abis naik tangga ampe lantai 4 bo')
- Jam 7.35-nya: nyalain kompi trus dipanasin (emang motor apa?!), abis itu gw langsung buka YM plus mozilla (browser internet gw) trus cek email sana-sini yang di gmail, yahoo, intra-Lipi, dkk...terkadang 'ngintip'-in email suami gw juga hehe...Abis YMnya kebuka (maklum YM gw lemot abis dan suka error pas start up nya), liat2 dulu siapa yang online sepagi ini..biasanya sih orangnya ya yang itu-itu aja makanya gw males biasanya buka percakapan di YM pas pagi-pagi buta (emang bener2 orang buta kalo jam 8-an masih dibilang pagi2 buta kalee..).
- sekitar jam 8 (+ or -) : biasanya banyak temen gw yang nyamperin...ntah itu nebeng chatting, cek email, ampe ada yang ngajakin sarapan or jalan-jalan pagi di atap gedung. Nah..opsi yg terakhir ini yg bikin gw antusias akhir2 ini.Maklumlah, lagi hamil gini emang dianjurin banyak2 jalan plus nglemesin otot kali ya...sebelom seharian ntar tegang didepan komputer. Untungnya kantor gw adanya di Bandung yang sejuk, jadi pas acara jalan2 bisa sekalian menghirup udara pegunungan yg segar plus menikmati pemandangan Bandung from the top (geulis pisan euy...).
- Jam setengah 9-an : capek muter2in atap gedung..gw ama temen2 balik turun lagi ke lantai 4....kembali ke habitat masing-masing. Dan....kegiatan membosankan itupun dimulai. Chatting yang ga penting, browsing sana-sini, nguap, ngaca, dll. Eh, kadang2 gw sholat dhuha juga loh..trus buat selingan gw suka bolak-balik ke toilet (ibu2 hamil yg beser emang nih), sekedar ngaca juga sih kadang2 ama mampir ke ruangan temen (yang kadang lagi tidur2an di meja ato ngerumpi..yah, pokoknya ngga kalah 'nganggur'nya dari gw lah). Sekitar jam 11-an, teh di meja gw diangkut ama mas-mas "baki"-man trus setengah jam kemudian segelas teh baru sudah hadir kembali di meja.
- Jam 12 teng : bel yang luar biasa berisik berbunyi menandakan waktunya istirahat. Tapi sumpe deh..sebelum itu bel bunyi orang2 kebanyakan udah cabut duluan, ngga tau saking lapernya ato saking enegnya ga ada kerjaan. Kalo gw selama masa kehamilan ini, bel istirahat gak ngaruh apa2..gw masih stay cool di meja gw ngecek2 email, chat ato sekedar nge-game sambil makan dari kotak bekal yg gw bawa..soalnya..males aja bo' mesti naik turun tangga 4 lantai cuman buat nyari makan doang. Kadang2 gw nitip beliin makan juga sih ama temen2 gw (selama gw hamil mereka sih fine2 aja dititipin..tau deh kalo gw udah ga hamil lagi hehe :p)
- Jam 1 : bel masuk berbunyi, gw sholat dhuhur (kadang sebelum jam 1 juga sih), dan orang2 pun masih jarang nampak di meja masing2. Malah kadang2 ada juga yg sengaja keluar makan baru pas jam masuk...mungkin maksudnya pengen makan pas kantinnya udah sepi, plis deh ada juga menu nya tinggal dikit pak/bu! Aktivitas gw pun berlanjut seperti sebelumnya..apalagi kalo bukan browsing, chatting, ngegame, plus kadang2 kalo ada inspirasi ya ngisi blog...tapi yg lebih sering kalo jam2 segini sih apalagi kalo bukan nguap!!!
- Jam 4 : it's time to go back home !!! (nothing could be more happier than this moment..ffiuh, apalagi kalo jam 4 nya pas hari jumat, ga ada yang nandingin deh bo')
That's all my boring life! Kalo gw bilang sih, gw ini mirip2 manusia tanpa kehidupan yah ?! (padahal banyak yang ngiri juga sih ama kerjaan gw. Kerja??Pertanyaan: emang gw kerjanya kapan???). Kira-kira bisa ditebak kan, apa jenis kerjaan gw??yup, kadang gw malu menyebut diri gw sebagai abdi negara...yah, tapi kalo mo ngeluh semua orang pasti bilang...trima aja nasib lo, emang dimana2 ya kayak gitu malah enak lagi makan gaji buta a.k.a magabut.... bukannya ga bersyukur sih...gw emang suka makan gaji tapi gw ga mau jadi orang buta-nya (halah, apaan sih?) Is there anything I can do to make this damn condition changed?! Get a life !!!!